Komunikasi
Produktif ( Tantangan H1)
Alhamdulillah
sudah masuk tahapan kelas Bunsay. Kelas baru dengan kondisi kehidupan baru.
Alhamdulillah saat ini saya telah menikah. Sebagai pasangan baru, saya sedang
berada pada tahap adaptasi. Materi pertama dalam kelas Bunsay ini sangat cocok
bagi saya dengan pasangan. Dalam tahapan ini, saya belajar komunikasi produktif
dengan pasangan.
Ya
langkah pertama, saya tanamkan bahwa saya dan pasangan telah membawa Frame of Reference (FoR)* dan *Frame of Experience (FoE) kami
masing-masing. Langkah kedua, saya niatkan bahwa tujuan komunikasi adalah MEMBAGIKAN
yang saya tahu kepadanya, sudut pandang saya agar dia mengerti, dan demikian
pula SEBALIKnya. Langkah ketiga, yang menjadi harapan adalah terbentuk FoE/FoR
ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA_*
Dalam
proses komunikasi, komponen emosi dan nalar juga saling mempengaruhi. Disaat,
emosi meningkat dan nalar menurun... kami berupaya untuk diam sejenak namun,
terkedang komponen ego bermain. Saat itu, saya beristigfar dan kembali
intropeksi diri.. Alhamdulillah emosi menurun, dan nalar meningkat.. Saat
itulah saya kembali membuka komunikasi.
Hari
pertama ini, waktu intim komunikasi kami sangat minim. Suami sibuk dengan tugas
kantornya dan saya sepulang dari ranah publik berkutat dengan pekerjaan domestik.
Rasanya seperti kejar-kejaran dengan waktu. Bangun pagi dan tidur kembali
sambil menyelesaikan tantangan 1 ini.
Tantangan
saya dalam berkomunikasi dengan suami adalah FOKUS. Entah mengapa, terkadang
kata yang terpikirkan di kepala dan terucap mulut berbeda, misalnya waktu pagi
ketika saya berangkat kerja dengan kondisi saya diantar suami ke tempat pemberhentian
bis
D:
“ Tuh Yang.. bis Merak !”, teriak saya
H:
“Serang Yang, Seraang” ucap suami
Sebenarnya bis tersebut
ke arah Serang, saya ingin ke Serang.. tapi nyebutnya Merak
Memang suami saya yang
acapkali berperan Clear dan Clarify.. disaat perkataan saya tidak
nyambung, suami saya selalu minta saya mengulang kata-kata yang saya ucapkan
untuk disusun kembali menjadi kalimat yang sesuai kaidah EYD hehehhe.
Lanjut, kaidah
berikutnya Choose the Right Time.. sebagai perempuan memang sulit menahan
berbicara. Pengenya ngomong terus, padahal kita perlu memahami kondisi suami
yang lelah bekerja, tingginya stressor external, dan beban lainnya yang
disembunyikan..Kondisi ini saya belajar untuk menahan, saya masih mengobservasi
dan menginterogasi kira-kira waktu yang pas untuk cerita ( cerita apa pun
seperti peristiwa yang saya alami dalam sehari ini). Kata suami sih waktu yang
pas untuk cerita adalah saat beliau tidak ada tugas kantor atau lagi nyantai.
Oke lah Pak
Kaidah berikutnya Kaidah 7
(verbal)-38 (intonasi)-55 (bahasa tubuh). Suami pernah komen kalo saya kalo
ngomong jangan kaya bisik-bisik dan lebih nyantai .. Padahal saya biasanya
suaranya besar, tapi kenapa kalo depan suami suara jadi kecil, tadinya mau
bersikap lembut eh malah kelembutan, dan bahasa tubuh harus masang senyuman,
jangan terlalu serius. Duh udah bawaan lahir gimana atuh..
Lanjut kaidah penting lainnya Intensity of
Eye Contact_.. berani natap mata suami, maklum dulu seringnya
menahan pandangan .. suka malu kalo suami natap serius dan ujung-ujungnya saya
ketawa dan malu-malu kucing.
Kaidah terakhir
I'm responsible for my communication
results. Posisi ini saya belajar sensitif memahami respon suami dengan tujuan
mencari strategi yang tepat dalam berkomunikasi.
# Hari 1
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#Kuliahbunsayiip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar